Glitter Words

Wednesday, October 22, 2008

Kisah Teladan Orang-Orang Yang Sukses

Kisah Teladan Orang-Orang Yang Sukses


Abu Bakar Ash shiddiq adalah salah satu dari 2 orang yang menginfaqkan seluruh
hartanya dan beliaulah yang telah berhasil menumpas kemurtadan . Di hari akhir
nanti beliau adalah orang yang akan dipanggil oleh Allah dari delapan pintu
surga.

Umar bin Khotthob ditakuti oleh syaithan sehingga banyak wahyu yang turun
sesuai dengan pendiriannya.

Ustman bin Affan telah membekali pasukan perang Tabuk, dan membeli 'sumur
rumah"untuk diwakafkan kepada kaum muslimin dan beliau adalah orang yang selalu
mengkhatamkan Al Qur'an disetiap raka'at sholat.

Ali bin Abi Tholib berani beradu tanding dengan musuh pada perang Badar membuka
benteng Khoibar, pernah menyembelih Amr bin Wud pada perang Khandaq.

Khalid bin Walid telah mengikuti 100 kali peperangan dan telah membunuh 5000
orang pada perang Yarmuk dengan tangannya serta mampu mematahkan sembilan
pedang.

Zubair bin Awwam terluka disetiap bagian tubuhnya dan menyandang pedangnya
disekeliling Rasulullah sampai beliau dijuluki sebagai penolong Rasulullah di
surga.

Tholhah dipukul badannya hingga tangannya lumpuh. Handzalah syahid dalam
keadaan junub kemudian dimandikan oleh Malaikat. Dan 'arsy Allah bergetar
karena kematian Saad bin Abi Waqqash.

Ubay bin Ka'ab adalah orang yang telah mengumpulkan Al Qur'an dan orang yang
membaguskan dalam bacaannya, maka Allah menempatkan beliau diposisi yang
tinggi. Dan Rasulullah juga pernah memerintahkan untuk membacakan surat Al
Bayyinah dihadapan beliau.

Abdurrahman bin Auf telah mensedekahkan 1000 unta penuh dengan perbekalannya
untuk orang-orang faqir sementara Abu Tholhah menginfaqkan kebunnya di jalan
Allah.

Abu Hurairoh adalah orang yang telah hafal sebagian besar hadist dan mampu
membagi malamnya menjadi 3 bagian untuk sholat, belajar dan tidur.

Ahmad bin Hambal berjalan 30.000 mil untuk mencari hadist dan hafal satu juta
atsar. Beliau telah mewariskan 40.000 hadist dalam musnad.

Jabir bin Abdullah pergi ke Mesir untuk mencari satu hadist selama satu bulan,
dan Ibnu Musayyib pergi tiga hari untuk satu permasalahan.

Ibnu Hibban meriwayatkan hadist dari 2000 syaikh dan mengarang kitab Shohih
sehingga menjadi kitab yang menakjubkan. Dan beliau sangat menguasai banyak
ilmu sehingga menjadi orang terkenal pada zamannya.

Al Muzani membaca kitab risalahnya Imam Syafi'I sebanyak 500 kali. Dan seorang
'alim dari Andalusia membaca kitab Shohih Bukhori sebanyak 700 kali.

Abu Ishaq Asy Syairazi mengulang pelajarannya sebanyak 100 kali dan menulis
pelajaran setiap qiyas sebanyak 1000 kali dan telah menulis 100 jilid buku.

Ibnu Aqil telah mengarang buku sebanyak 800 jilid dan beliau hanya makan roti
kering untuk bisa bertahan membaca 50 ayat.

Ibnu Taimiyah menulis empat judul dalam satu hari dan setiap buku diselesaikan
dalam satu minggu. Beliau pernah mengarang satu buku penuh dalam satu kali
duduk. Dan bukunya telah dijadikan referensi oleh lebih dari 1000 penulis.

Ibnu Jarir telah menulis 100.000 halaman. Ibnu Juzi pernah menulis 1000 buku.
Dan Ibnu Anbari telah menghafal 400 tafsir.

Atha bin Abi Ra'bah pernah tidur di masjid selama 30 tahun untuk mencari ilmu.
Al A'masy tidak pernah terlambat mengikuti takbiratul ihrom selama 60 tahun.

An Nawawi menyebutkan bahwa Karz bin Wabroh bisa mengkhatamkan Al Qur'an empat
kali di malam hari dan empat kali di siang hari. Ibnu Idris pernah
mengkhatamkan Al Qur'an sebanyak 4.000 kali. Imam Syafi'I pernah mengkhatamkan
Al Qur'an di bulan ramadhan sebanyak 60 kali dan Imam Bukhori 30 kali. Imam
Ahmad telah mengerjakan shalat dalam satu hari sebanyak 300 raka'at.

Abu Hurairoh pernah bertasbih sebanyak 12.000 kali dan Khalid bin Marwan pernah
bertasbih sebanyak 100.000 kali.

Di zaman kita sekarang ada orang yang pernah membaca Qul huwallahu ahad (Al
Ikhlash) sebanyak 1.000 kali setiap hari. Dan ada juga orang yang mengkhatamkan
Al Qur'an setiap hari. Ada juga yang bertasbih sebanyak 15.000 kali sehari.

Imam Sibawaih mengarang buku yang paling besar dalam bidang ilmu nahwu pada
usia 30 tahun. Imam Nawawi meninggal pada umur 40 tahun dan telah meninggalkan
warisan yang sangat besar.

Tharfah bin Al Abdu Syahid menjadi panglima perang dalam usia 26tahun. Dan
Muhammad bin Qosim telah menjadi panglima perang pada usia 17 tahun.

Hasan telah meriwayatkan hadist dari kakeknya Rasulullah s.a.w pada usia lima
tahun. Mahmud bin Rabi' pernah menelan ludah Rasulullah di mukanya pada usia
lima tahun.

Ibnu Abbas telah menghafal hadist pada usia delapan tahun dan Ibnu Taimiyah
menjadi mufti pada usia 18 tahun.

Ibnu Hajar mengarang buku Fathul Bari dan muqoddimahnya pada usia 30 tahun.
Kitab Al Gharib karya Abu Ubaid ditulis pada usia 40 tahun. Dan Al Afghani Al
Ashfihani telah menjadi penulis pada usia 50 tahun.

Ja'far Al Barmaki terbunuh pada usia 37 tahun . Umar bin Abdul Aziz menjadi
khalifah pada usia 40 tahun. Ibnu Muqaffa menjadi penyair pada usia 37 tahun.

Masruq pada saat haji tidak pernah tidur kecuali dalam keadaan sujud. Aswad bin
Yazid berpuasa hingga badannya menjadi pucat. Yazid bin Harun menangis hingga
buta. Abu Musa Al Asy'ari berjalan sampai bengkak kakinya.

Imam Bukhori berkata "Saya tida pernah berdusta sejak baligh". Imam Syafi'I
berkata "saya tidak pernah bersumpah demi Allah, baik benar atau dusta".

Abu Muslim Al Khurasani pernah ditanya "Mengapa kamu tidak tidur?" . Beliau
menjawab "Karena cita-cita yang tinggi, tekad yang kuar dan jiwa yang tidak
bisa menerima penindasan".

Thomas Alfa Edison melakukan eksperimen listrik sebanyak 10.000 kali dan
semuanya gagal namun tetap dilanjutkan sampai berhasil. Sementara Albert
Einstein menghabiskan seluruh umurnya untuk menemukan teori relatifitas.

Kayu bekas penu Ibnu Jauzi bisa dipakai untuk memanaskan air yang dipakai untuk
memandikan jasadnya ketika meninggal.

Debu-debu surban Shalahuddin Al Ayyubi bis dibuat batu bata untuk mengganjal
kepalanya didalam kubur.

Ali bin Husain yang membawa makanan untuk anak yatim di malam hari itu
meninggalkan bekas pada jasadnya .

Abu Tholhah Al Anshori pernah berpuasa 40 tahun berturut turut. Said bin
Musayyib berhaji sebanyak 60 kali dan Imam Ahmad telah memberikan fatwa
sebanyak 60.000 permasalahan dengan disertai dalil.

Abu Syuja' melayani para raja selama 60 tahun kemudian menebusnya dengan
menjadi pembantu di masjid nabawi selama 60 tahun.

Ibnu Bathuthah mengelilingi dunia selama 30 tahun dan beliau telah menemukan
segala galanya dalam perjalanan, hingga dapat mengumpulkan hal-hal aneh dan
mengagumkan kemudian beliaupun menjadi pembicaran sepanjang masa.

Ibnu Khaldun mengasingkan diri dalam sebuah benteng, kemudian beliau menulis
sejarahnya dan diterbitkan hingga menjadi jawaban bagi semua orang yang
bertanya.

Ibnu Asakir menulis sejarah Damaskus dalam waktu 60 tahun. Dua tidak melewatkan
satupun orang alim, sastrawan, penyair, orang yang datang dan pergi dari
Damaskus kecuali beliau sebutkan dalam bukunya.

Ibnu Taimiyah ketika menghadapi masalah yang sulit, beliau beristighfar 1000
kali. Murid-murid Khatib Al Baghdadi pernah meminta kepadanya ketika mereka
dalam perjalanan "Bicaralah kepada kami". Maka beliau berkata "Kita mulai
pembicaraan dengan Al Qur'an" Maka beliau membaca Al Qur'an sampai khatam
kemudian beliau mulai berbicara kepada mereka.

Abu Thahir Al salafi pernah ditanya "Dari mana anda mendapatkan ilmu ini"
beliau menjawab "Dari duduk bersama buku buku yang ada di rumahku selama 70
tahun".

Al Naisaburi pernah membaca Shahih Muslim sebanyak 100 kali. Ibnu Sina membaca
Al Farabi 40 kali, dan ada ulama yang membaca kitab Al Mughni sebanyak 10 kali.

Buku-buku Ibnu Hazm terbakar seluruhnya maka ia mulai menilis kembali dari
hafalannya. Qatadah menghafal buku seberat muatan keledai. A; Sya'bi berkata
"Saya tidak pernah menuliskan tinta hitam ke kertas putih kecuali saya
menghafalnya".

Sufyan Ats Tsauri berdiri semalam suntuk untuk sholat sampai pagi. Ibnu
Mubarak dan salah seorang ulama mengulang hadist sambil berdiri hingga fajar.

Muhammad Al Amin Al syinqithi meneliti sebuah permasalahn selama sehari semalam.

Yahya bin Ma'in menulis lafadz Shallallahu 'alaihi wasallam sebanyak satu juta
kali. Dan menulis hadist sebanyak 50 kali. Al Sya'bi berkata "Yang paling
sedikit saya hafal adalah puisi jika kalian mau maka saya akan bacakan kepada
kalian puisi-puisi itu selama sebulan penuh".

Jalan dakwah itu penuh kesulitan. Di jalan itulah Nabi Nuh as meratap, Nabi
Yahya disembelih, Umar dibunuh, darah Ustman ditumpahkan, Ali ra disergap dan
punggung-punggung imam dicambuk.

Ibnu Duraid menyalin kitab Al Jamharah sebanyak empat kali. Imam Bukhori
meneliti kitab Shahihnya sebanyak 16 kali. Setiap hadist yang ditulisnya beliau
awali dengan mandi dan sholat 2 raka'at.

Ahmad bin Hambal menyewakan dirinya untuk mencari ilmu. Abu Hanifah menjual
sebagian perabotan rumah tangganya untuk mencari ilmu. Sufyan Ats Tsauri
menahan lapar selama tiga hari untuk mencari hadist.

Imam Nawawi adalah orang yang selalu belajar, menulis, menghafal, sholat dan
bertasbih. Apabila ia mengantuk, tidur sebentar sambil duduk. Al Syaukani
mempuyai 12 pelajaran setiap hari. Ibnu Sina pernah menulis dalam satu hari 25
halaman.

Nabi Idris as adalah seorang penjahit. Nabi Daud asa adalah seorang pandai
besi. Nabi Musa as adalah seorang penggembala. Ibnu Musayyib pernah menjual
minyak dan Abu Hanifah menjual kain.

Ali mencari syahid dalam perang badar maka mereka berkata "di uhud" maka
beliaupun segera menuju ke sana. Beliau berkata "Mungkin ada di khandak"
Beliaupun berjalan kesana .Mereka berkata "Carilah di Khaibar", maka ketika
beliau mendatanginya, mereka berkata "Sudah terlambat". Kemudian beliau berkata
"Alangkah indahnya mati di dalam masjid".

Ibnu Abbas berkata "Anda dihinakan menjadi pencari tetapi dimuliakan sebagai
orang yang dicari". Umar berkata "Carilah ilmu sebelum menjadi pemimpin" .
Mujahid berkata "Orang yang malu dan sombong tidak dapat mencari ilmu".

Imam Ahmad selama 70tahun mencari bekal hidupnya dari upah toko. Khalil bin
Ahmad selama 70 tahun menjual roti dan minyak. Demikian juga Sufyan Ats Tsauri
selama 70 tahun menjual roti gandum.

Abu Bakar menjadi khalifah selama dua tahun, beliau mampu menumpas orang-orang
murtad. Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah selama dua tahun mampu menegakan
keadilan, menghapus kezhaliman dan melakukan pembaharuan dalam agama. Ibnu Abi
Ja'ad mempelajari ilmu selama 2 tahun hingga menjadi mufti di madinah.

Al Sarkhasi dipenjara dan mampu menulis kitab Al Mabsuth dalam 30 jilid. Aq'ad
bin Al Atsir juga pernah dipenjara dan mampu menulis Jamiul Ushul Wan Nihayah
sebanyak 30 jilid. Dan Ibnu Taimiyah dapat mengarang 30 jilid kitab Majmu
Fatawa juga di dalam penjara.

Ibnu Jauzi pernah menulis lintasan-lintasan pikirannya, sementara kitabnya Fath
bin Khaqan berada di dalam kantong bajunya yang dibacanya setiap hari. Khatib
Al Baghdadi pernah dibacanya sambil berjalan.

Umar bin Abdul Aziz berkata "Sungguh saya memiliki jiwa perindu. Jiwa
merindukan kepemimpinan maka saya mendapatkannya, merindukan khilafah maka saya
meraihnya dan sekarang jiwa itu merindukan surga".

Abu Manshur Al Tsa'labi menjahit kulit kijang kemudian cita-citanya semakin
tinggi hingga beliau menjadi penyair duni. Al Farra bekerja sebagai tukang
kulit beliau juga bisa menjadi orang yang ahli dalam bidang nahwu. Ibnu Zayyat
pernah berjualan minyak kemudian beliau menjadi menteri.

Miftah An Najah (Kunci Sukses) by Dr. 'Aidh Abdullah Al Qorni - I'thishom -2005

Friday, February 8, 2008

Ibu Rumah Tangga

Hebat rasanya ketika mendengar ada seorang wanita lulusan sebuah universitas ternama telah bekerja di sebuah perusahaan bonafit dengan gaji jutaan rupiah per bulan. Belum lagi perusahaan sering menugaskan wanita tersebut terbang ke luar negri untuk menyelesaikan urusan perusahaan. Tergambar seolah kesuksesan telah dia raih. Benar seperti itukah?

Kebanyakan orang akan beranggapan demikian. Sesuatu dikatakan sukses lebih dinilai dari segi materi sehingga jika ada sesuatu yang tidak memberi nilai materi akan dianggap remeh. Cara pandang yang demikian membuat banyak dari wanita muslimah bergeser dari fitrohnya. Berpandangan bahwa sekarang sudah saatnya wanita tidak hanya tinggal di rumah menjadi ibu, tapi sekarang saatnya wanita ’menunjukkan eksistensi diri’ di luar. Menggambarkan seolah-olah tinggal di rumah menjadi seorang ibu adalah hal yang rendah.Kita bisa dapati ketika seorang ibu rumah tangga ditanya teman lama ”Sekarang kerja dimana?” rasanya terasa berat untuk menjawab, berusaha mengalihkan pembicaraan atau menjawab dengan suara lirih sambil tertunduk ”Saya adalah ibu rumah tangga”. Rasanya malu! Apalagi jika teman lama yang menanyakan itu ”sukses” berkarir di sebuah perusahaan besar.

Atau kita bisa dapati ketika ada seorang muslimah lulusan universitas ternama dengan prestasi bagus atau bahkan berpredikat cumlaude hendak berkhidmat di rumah menjadi seorang istri dan ibu bagi anak-anak, dia harus berhadapan dengan ”nasehat” dari bapak tercintanya: ”Putriku! Kamu kan sudah sarjana, cumlaude lagi! Sayang kalau cuma di rumah saja ngurus suami dan anak.” Padahal, putri tercintanya hendak berkhidmat dengan sesuatu yang mulia, yaitu sesuatu yang memang menjadi tanggung jawabnya. Disana ia ingin mencari surga.

Ibu Sebagai Seorang PendidikSyaikh Muhammad bin Shalih al ’Utsaimin rahimahullah mengatakan bahwa perbaikan masyarakat bisa dilakukan dengan dua cara: Pertama, perbaikan secara lahiriah, yaitu perbaikan yang berlangsung di pasar, masjid, dan berbagai urusan lahiriah lainnya. Hal ini banyak didominasi kaum lelaki, karena merekalah yang sering nampak dan keluar rumah. Kedua, perbaikan masyarakat di balik layar, yaitu perbaikan yang dilakukan di dalam rumah. Sebagian besar peran ini diserahkan pada kaum wanita sebab wanita merupakan pengurus rumah.

Hal ini sebagaimana difirmankan Allah subhanahu wa ta’ala yang artinya:”Dan hendaklah kalian tetap di rumah kalian dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa kalian, hai Ahlul Bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (QS. Al-Ahzab: 33)Pertumbuhan generasi suatu bangsa adalah pertama kali berada di buaian para ibu. Ini berarti seorang ibu telah mengambil jatah yang besar dalam pembentukan pribadi sebuah generasi. Ini adalah tugas yang besar!

Mengajari mereka kalimat Laa Ilaaha Illallah, menancapkan tauhid ke dada-dada mereka, menanamkan kecintaan pada Al Quran dan As Sunah sebagai pedoman hidup, kecintaan pada ilmu, kecintaan pada Al Haq, mengajari mereka bagaimana beribadah pada Allah yang telah menciptakan mereka, mengajari mereka akhlak-akhlak mulia, mengajari mereka bagaimana menjadi pemberani tapi tidak sombong, mengajari mereka untuk bersyukur, mengajari bersabar, mengajari mereka arti disiplin, tanggung jawab, mengajari mereka rasa empati, menghargai orang lain, memaafkan, dan masih banyak lagi. Termasuk di dalamnya hal yang menurut banyak orang dianggap sebagai sesuatu yang kecil dan remeh, seperti mengajarkan pada anak adab ke kamar mandi. Bukan hanya sekedar supaya anak tau bahwa masuk kamar mandi itu dengan kaki kiri, tapi bagaimana supaya hal semacam itu bisa menjadi kebiasaan yang lekat padanya.

Butuh ketelatenan dan kesabaran untuk membiasakannya.Sebuah Tanggung JawabAllah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya:”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim: 6)Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang artinya: ”Peliharalah dirimu dan keluargamu!” di atas menggunakan Fi’il Amr (kata kerja perintah) yang menunjukkan bahwa hukumnya wajib. Oleh karena itu semua kaum muslimin yang mempunyai keluarga wajib menyelamatkan diri dan keluarga dari bahaya api neraka.Tentang Surat At Tahrim ayat ke-6 ini, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ’anhu berkata, ”Ajarkan kebaikan kepada dirimu dan keluargamu.” (Diriwayatkan oleh Al Hakim dalam Mustadrak-nya (IV/494), dan ia mengatakan hadist ini shahih berdasarkan syarat Bukhari dan Muslim, sekalipun keduanya tidak mengeluarkannya)Muqatil mengatakan bahwa maksud ayat tersebut adalah, setiap muslim harus mendidik diri dan keluarganya dengan cara memerintahkan mereka untuk mengerjakan kebaikan dan melarang mereka dari perbuatan maksiat.

Ibnu Qoyyim menjelaskan bahwa beberapa ulama mengatakan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala akan meminta pertanggungjawaban setiap orang tua tentang anaknya pada hari kiamat sebelum si anak sendiri meminta pertanggungjawaban orang tuanya. Sebagaimana seorang ayah itu mempunyai hak atas anaknya, maka anak pun mempunyai hak atas ayahnya. Jika Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ”Kami wajibkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya.” (QS. Al Ankabut: 7), maka disamping itu Allah juga berfirman, ”Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang berbahan bakar manusia dan batu.” (QS. At Tahrim: 6)Ibnu Qoyyim selanjutnya menjelaskan bahwa barang siapa yang mengabaikan pendidikan anaknya dalam hal-hal yang bermanfaat baginya, lalu ia membiarkan begitu saja, berarti telah melakukan kesalahan besar. Mayoritas penyebab kerusakan anak adalah akibat orang tua yang acuh tak acuh terhadap anak mereka, tidak mau mengajarkan kewajiban dan sunnah agama. Mereka menyia-nyiakan anak ketika masih kecil sehingga mereka tidak bisa mengambil keuntungan dari anak mereka ketika dewasa, sang anak pun tidak bisa menjadi anak yang bermanfaat bagi ayahnya.

Adapun dalil yang lain diantaranya adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala yang artinya:”dan berilah peringatan kepada kerabatmu yang dekat.” (QS asy Syu’ara’: 214)Abdullah bin Umar radhiyallahu ’anhuma mengatakan bahwa Rasulullah shalallahu ’alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), ”Kaum lelaki adalah pemimpin bagi keluarganya di rumah, dia bertanggung jawab atas keluarganya. Wanita pun pemimpin yang mengurusi rumah suami dan anak-anaknya. Dia pun bertanggung jawab atas diri mereka. Budak seorang pria pun jadi pemimpin mengurusi harta tuannya, dia pun bertanggung jawab atas kepengurusannya. Kalian semua adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari 2/91)Dari keterangan di atas, nampak jelas bahwa setiap insan yang ada hubungan keluarga dan kerabat hendaknya saling bekerja sama, saling menasehati dan turut mendidik keluarga. Utamanya orang tua kepada anak, karena mereka sangat membutuhkan bimbingannya. Orang tua hendaknya memelihara fitrah anak agar tidak kena noda syirik dan dosa-dosa lainnya. Ini adalah tanggung jawab yang besar yang kita akan dimintai pertanggungjawaban tentangnya.Siapa Menanam, Dia akan Menuai BenihBagaimana hati seorang ibu melihat anak-anaknya tumbuh? Ketika tabungan anak kita yang usia 5 tahun mulai menumpuk, ”Mau untuk apa nak, tabungannya?” Mata rasanya haru ketika seketika anak menjawab ”Mau buat beli CD murotal, Mi!” padahal anak-anak lain kebanyakan akan menjawab ”Mau buat beli PS!” Atau ketika ditanya tentang cita-cita, ”Adek pengen jadi ulama!” Haru! mendengar jawaban ini dari seorang anak tatkala ana-anak seusianya bermimpi ”pengen jadi Superman!”Jiwa seperti ini bagaimana membentuknya? Butuh seorang pendidik yang ulet dan telaten. Bersungguh-sungguh, dengan tekad yang kuat. Seorang yang sabar untuk setiap hari menempa dengan dibekali ilmu yang kuat. Penuh dengan tawakal dan bergantung pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Lalu… jika seperti ini, bisakah kita begitu saja menitipkannya pada pembantu atau membiarkan anak tumbuh begitu saja??

Kita sama-sama tau lingkungan kita bagaimana (TV, media, masyarakat,…) Siapa lagi kalau bukan kita, wahai para ibu -atau calon ibu-?Setelah kita memahami besarnya peran dan tanggung jawab seorang ibu sebagai seorang pendidik, melihat realita yang ada sekarang sepertinya keadaannya menyedihkan! Tidak semua memang, tapi banyak dari para ibu yang mereka sibuk bekerja dan tidak memperhatikan bagaimana pendidikan anak mereka. Tidak memperhatikan bagaimana aqidah mereka, apakah terkotori dengan syirik atau tidak. Bagaimana ibadah mereka, apakah sholat mereka telah benar atau tidak, atau bahkan malah tidak mengerjakannya… Bagaimana mungkin pekerjaan menancapkan tauhid di dada-dada generasi muslim bisa dibandingkan dengan gaji jutaan rupiah di perusahaan bonafit? Sungguh! sangat jauh perbandingannya.Anehnya lagi, banyak ibu-ibu yang sebenarnya tinggal di rumah namun tidak juga mereka memperhatikan pendidikan anaknya, bagaimana kepribadian anak mereka dibentuk. Penulis sempat sebentar tinggal di daerah yang sebagian besar ibu-ibu nya menetap di rumah tapi sangat acuh dengan pendidikan anak-anak mereka. Membesarkan anak seolah hanya sekedar memberinya makan. Sedih!Padahal anak adalah investasi bagi orang tua di dunia dan akhirat! Setiap upaya yang kita lakukan demi mendidiknya dengan ikhlas adalah suatu kebajikan. Setiap kebajikan akan mendapat balasan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tidak inginkah hari kita terisi dengannya? Atau memang yang kita inginkan adalah kesuksesan karir anak kita, meraih hidup yang berkecukupan, cukup untuk membeli rumah mewah, cukup untuk membeli mobil mentereng, cukup untuk membayar 10 pembantu, mempunyai keluarga yang bahagia, berakhir pekan di villa. Tanpa memperhatikan bagaimana aqidah, bagaimana ibadah, asal tidak bertengkar dan bisa senyum dan tertawa ria di rumah, disebutlah itu dengan bahagia.Ketika usia senja, mata mulai rabun, tulang mulai rapuh, atau bahkan tubuh ini hanya mampu berbaring dan tak bisa bangkit dari ranjang untuk sekedar berjalan. Siapa yang mau mengurus kita kalau kita tidak pernah mendidik anak-anak kita? Bukankah mereka sedang sibuk dengan karir mereka yang dulu pernah kita banggakan, atau mungkin sedang asik dengan istri dan anak-anak mereka?Ketika malaikat maut telah datang, ketika jasad telah dimasukkan ke kubur, ketika diri sangat membutuhkan doa padahal pada hari itu diri ini sudah tidak mampu berbuat banyak karena pintu amal telah ditutup, Siapakah yang mendoakan kita kalau kita tidak pernah mengajari anak-anak kita?
Lalu…Masihkah kita mengatakan jabatan ibu rumah tangga dengan kata ’cuma’?
dengan tertunduk dan suara lirih karena malu?
Wallahu a’lam

di ambil dari www.muslimah.or.id