Glitter Words

Tuesday, February 27, 2007

pelatihan peningkatan kemandirian

MEMANDIRIKAN ANAK DALAM KEBIASAAN POSITIF BERARTI MERINGANKAN BEBAN ORANGTUA.
Pada kesempatan ini kita akan mempelajari cara membentuk kemandiriaan dan kebiasaan positif, lewat teknik shaping dan chaining. Tujuan utamanya adalah untuk meringankan tugas orang tua dalam menanamkan kebiasaan hidup positif pada anak.

Melalui teknik shaping dan chaining, anak diharapkan mampu memenuhi standar dalam hal kebiasaan hidup positif. Memang, pada awalnya kita akan memerlukan cukup banyak ’investasi’ kesabaran. Tapi percayalah, buah yang akan kita petik nantinya jauh lebih manis, karena tak perlu bolak-balik jengkel melihat anak bertindak tak sesuai harapan kita.

INTINYA : MEMECAH PERINTAH

Sesuai namanya, teknik shaping bertujuan membentuk anak agar mampu melakukan tugas sesuai standar dan prosedur yang kita tetapkan. Dengan contoh tahap demi tahap, anak akan memahami apa yang kita harapkan darinya, misalnya saat diperintahkan memakai baju atau membereskan kamar. Anak akan terbentuk menjadi individu yang mampu melakukan tugas sesuai harapan kita. Sedangkan teknik chaining bertujuan menanamkan konsep di benak anak tentang sekuens atau urutan kejadian. Dengan cara ini, anak bisa memahami kaitan antara satu tahap tugas dengan tahap lain. Oleh karena itu, ’tahap penyelesaian’ setiap tugas selalu diserahkan kepada anak. Cara ini juga dimaksudkan untuk memberi anak rasa percaya diri dan ’sensasi keberhasilan’.

Shaping cocok untuk anak yang lebih muda usianya, karena adanya pemberian contoh tahap demi tahap, sedangkan chaining sesuai untuk anak yang usianya lebih tua dan keterampilan motorik halusnya sudah lebih maju. Meski berbeda, kedua teknik ini sama-sama memerlukan banyak kesabaran. Kesabaran adalah investasi penting, terlebih saat anak berusia dini, untuk membentuk kemandirian anak kita langkah demi langkah.

Baik teknik shaping dan chaining bekerja seperti peta atau manual yang menuntun anak langkah demi langkah, sampai ia paham dan bisa lakukan sendiri tugasnya. Intinya, orang tua diminta memecah (breaking down) perintah menjadi potongan-potongan perintah yang lebih sederhana, detil, step by step. Dengan begitu anak mudah mengikutinya.

TIGA ATURAN

Yang harus kita perhatikan dalam memecah perintah adalah :

Buatlah anak paham betul maksud atau tujuan perintah. ”Kancingkan baju” atau ”talikan sepatu” akan lebih jelas dipahami anak daripada perintah ”pakai baju dan sepatu”, karena bisa saja anak hanya memasang baju dan sepatunya tapi tidak mau mengancingkan dan memasang talinya.

Sesuaikan harapan kita dengan kemampuan dan usia anak. Mengharapkan seorang anak usia 3 tahun bisa mengikat sepatu agak berlebihan. Tapi mengharapkan hal yang sama pada anak kelas 1 SD, adalah sesuatu yang masuk akal.

Rincilah aktivitas yang kita maksud sesuai urutan. Terhadap anak yang sudah besar rincian tentunya tak perlu detil, namun pada anak yang lebih kecil, makin detil sebuah rincian akan semakin membantu. Mari kita simak tabel berikut :

TUGAS SHAPING CHAINING

Memakai Baju

Tujuan : Memasang dan mengancingkan baju.

Rincian tugas :

u Pilih, ambil bju dari lemari.

u Masukkan lengan kanan, lalu lengan kiri.

u Samakan ujung bawah.

u Renggangkan lubang kancing terbawah, dorong kancing. Begitu terus sampai kancing teratas masuk ke lubangnya.

Beri contoh tahap demi tahap sampai anak bisa. Beri pujian bila anak selesai mengikuti tiap tahap. Tujuan dan rincian tugas sama dengan teknik shaping. Bedanya, dalam chaining kita harus membiarkan tahap terakhir dilakukan sendiri oleh anak. Hal ini penting untuk memberi sensasi keberhasilan pada anak.

Beri contoh tahap demi tahap, kecuali tahap terakhir yang harus dilakukan anak. Bimbing anak mengancing baju sampai dua kancing terakhir. Katakan, ”Nah, coba sisanya kancingkan sendiri”. Bila anak berhasil, pujilah, ”Wah pintar, kamu bisa pakai baju sendiri”.

Membereskan Kamar

Tujuan dan rincian tugas sama dengan chaining.

Contohkan dan bantu anak dari tahap ke tahap, hingga selesai. Beri pujian.

Tujuan : Menempatkan kembali semua barang di kotak/rak masing-masing.

Rincian tugas :

u Masukkan mobil-mobilan di keranjang mainan.

u Masukkan semua balok danlego di keranjang balok.

u Masukkan alat gambar dan kertas di kotak lukis.

u Letakkan boneka di raknya.

u Susun buku di rak buku.

Contohkan dan bantu anak tahap demi tahap, kecuali bagian terakhir yang memang lebih sulit. Tunjukkan cara menyusun buku secara berdiri dan berhimpitan agar tidak ambruk, lalu biarkan anak melanjutkan. Jangan lupa memuji.

Penutup : Jadilah Role Model !

Nasehat yang baik bukanlah kata-kata mutiara, tapi tindakan nyata. Sifat-sifat positif seperti rajin, suka menolong dan rapi, tidak diturunkan secara biologis melainkan dipelajari anak dari lingkungan terdekatnya. Teknik shaping dan chaining dengan gamblang menunjukkan, betapa penting orang tua sebagai role model anak. Akan terasa janggal bagi anak, jika kita menyuruh melakukan segala hal positif tanpa menampakkan perilaku yang sama. Misalnya, bolak-balik berseru ”Jangan nonton TV melulu!” tapi kita sendiri gemar nonton TV di kamar tidur. Selalu menasehati ”Kamu harus giat belajar, supaya berhasil!” tapi kita sendiri lebih giat bergosip atau cuci mata ketimbang melakukan kegiatan prodktif.

Apa yang anak lihat dari orang tuanya, itulah yang akan dilekatkan menjadi karakternya. Jadi, mari kita didik diri sendiri dengan kebiasaan-kebiasaan positif sebelum – setidaknya sambil – mendidik anak memiliki kebiasaan yang sama. Buah apel tak akan jatuh jauh dari pohonya. Air cucuran atap jatuhnya pun ke pelimbahan juga. Positive parents raise positive children.

No comments: